Jumat, 23 Maret 2012

Hubungan Kandidiasis Dengan Kanker Serviks Dalam Paradigma Penelitian Bidang Mikroba

1.  Kanndidiasis
A. Definisi Kandidiasis
Kandidiasis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh jenis mikroorganisme yaitu jamur Candida, terutama Candida albicans. Infeksi selaput lendir seperti yang terjadi pada mulut atau vagina, sering terjadi pada seseorang yang memiliki sistem kekebalan normal, tetapi infeksi ini lebih sering ditemukan atau merupakan infeksi yang menetap pada penderita diabetes atau AIDS dan pada wanita hamil. Orang-orang dengan gangguan sistem kekebalan menurun sering menderita kandidiasis yang menyebar ke seluruh tubuhnya. Sedangkan orang-orang yang beresiko menderita kandidiemi (infeksi Candida di dalam aliran darah) adalah orang-orang yang memiliki jumlah sel darah putih yang kurang (karena leukemi atau terapi kanker lainnya) dan orang-orang yang menjalani pemasangan kateter di pembuluh darahnya. Infeksi pada vagina yang disebabkan oleh Candida sp.  Se­ki­tar 85-90% sel ragi yang diisolasi dari va­gina merupakan spesies Candida albicans. Sisanya adalah spesies non-albicans, dan yang terbanyak adalah Candida glabrata (Torulopsis glabrata). Vaginitis yang disebabkan oleh spesies non-albicans biasanya resisten terhadap terapi konvensional.
Candida albicans adalah jamur sel tunggal, berbentuk bulat sampai oval. Jumlahnya sekitar 80 spesies dan 17 diantaranya di­temukan pada manusia. Dari semua spesies yang ditemukan pada manusia, Candida.al­bi­cans lah yang paling pathogen. Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk blastospora (budding cell). Blastos­pora akan saling bersambung dan ber­tam­bah panjang sehingga membentuk pseu­­dohifa. Bentuk pseudohifa lebih vi­rulen dan in­va­sif daripada spora. Hal itu dikarenakan pseudohifa berukuran lebih besar sehingga lebih sulit difagositosis oleh makrofag. Selain itu, pseudohifa mempunyai titik-titik blastokonidia multipel pada satu filamennya sehingga jumlah elemen infeksius yang ada lebih be­sar.

Candidiasis dapat dibagi ke dalam jenis berikut ini:
  1. Oral candidiasis.
  2. Perlèche, luka dan radang pada tepi kanan/kiri mulut luar, penyebab candida albicans.
  3. Candidal vulvovaginitis, infeksi membran mucous vagina.
  4. Candidal intertrigo, infeksi pada kulit.
  5. Diaper candidiasis, infeksi pada daerah yang ditutupi diaper (popok) bayi.
  6. Congenital cutaneous candidiasis, infeksi pada kulit bayi lahir prematur.
  7. Perianal candidiasis, infeksi pada kulit muara anus.
  8. Candidal paronychia, infeksi pada lipatan kuku.
  9. Erosio interdigitalis blastomycetica, infeksi pada kulit jari.
10.  Chronic mucocuntaneous candidiasis, infeksi kronis pada kuku dan mukosa kulit.
11.  Candidiasis sistemik, infeksi yang menyebar dan menyebabkan keracunan darah khususnya pada imun rendah.
12.  Candidid, peradangan pada kulit tangan akibat jamur dari kaki (seperti dermatophytids).
13.  Antibiotik candidiasis, dapat terjadi karena kelebihan pemakaian atau pe-resep-an berbagai antibiotik (seperti oxytetracycline yang umumnya digunakan untuk mengontrol acne). Efek dari antibiotik adalah mengurangi flora bakteri yang umum terdapat dalam sistem gastrointestinal, sehingga menimbulkan lingkungan yang kondusif untuk perkembangbiakan Candida yang ada karena tidak adanya kompetisi utama. Situasi ini dapat tetap stabil sampai pasien berhenti mengkonsumsi antibiotik. Efek antibiotik yang diharapkan terjadi pada satu wilayah tubuh, akan berefek negatif pada wilayah lain jika pemakaiannya berlebihan, contohnya di wilayah genital/kemaluan. Bakteri flora yang normal terdapat pada wilayah kemaluan dan tidak berbahaya bagi tubuh akan banyak yang terbunuh oleh antibiotik ini. Gejalanya, akan muncul kemerahan dan rasa gatal (jamuran pada genital wanita dan rasa gatal pada genital pria) yang dapat berlangsung selama periode pemakaian antibiotik. Ruam dapat diobati atau dikontrol oleh obat antifungal yang cocok, tetapi infeksi kemungkinan baru dapat terhapus bila keseimbangan jumlah bakteri/ fungal asli telah dikembalikan seperti semula (dengan berhenti menggunakan antibiotik).
B. Penyebab Candidiasis


Sumber :http://64.203.71.11/kesehatan/news/0403/17/065452.htm

Penyebab terjadinya candidiasis bermacam-macam, dapat disebabkan oleh adanya infeksi (oleh kuman, jamur, parasit, virus), adanya benda asing dalam liang senggama, gangguan hormonal akibat mati haid, kelainan di dapat atau bawaan dari alat kelamin wanita, adanya kanker atau keganasan pada alat kelamin, terutama di leher rahim.
Jamur Candida albicans merupakan salah satu penyebab dari candidiasis. Jamur ini secara normal hidup di dalam kulit atau usus. Dari sini jamur bisa menyebar ke alat kelamin. Candida biasanya tidak ditularkan melalui hubungan   seksual.
Jamur Candida albicans dapat menginfeksi selaput lendir seperti yang terjadi pada mulut atau vagina, sering terjadi pada seseorang yang memiliki sistem kekebalan normal, tetapi infeksi ini lebih sering ditemukan atau merupakan infeksi yang menetap pada penderita diabetes atau AIDS dan pada wanita hamil.
B. Gejala Kandidiasis
Gejala candidiasis mungkin bervariasi tergantung pada daerah yang terkena/terpapar. Infeksi pada vagina atau vulva dapat menyebabkan rasa gatal yang parah, rasa terbakar, rasa sakit, dan iritasi, dan menimbulkan bercak keputih-putihan atau abu-abu keputih-putihan pada kulit/dinding vagina, sering dengan tampilan seperti curd/keju. Gejala juga hadir seperti yang ditimbulkan oleh bacterial vaginosis. Dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Obstetrics and Gynecology (2002), hanya 33 persen perempuan yang benar-benar mengobati infeksi ragi, sedangkan sisanya hanya fokus mengobati bacterial vaginosis (Trichomonas vaginalis) atau infeksi campuran. Gejala infeksi pada laki-laki yaitu iritasi dengan kemaluan berwarna merah di dekat kepala penis atau pada kulup, gatal, atau sensasi rasa terbakar. Candidiasis pada penis dapat juga memiliki menimbulkan warna putih, meskipun jarang.
C. Patofisiologi Kandidiasis
Proses infeksi dimulai dengan perle­katan Candida albicans pada sel epitel vagina. Kemampuan melekat ini lebih baik pada Candida albicans daripada spesies Candida lain­­nya. Kemudian, Candida albicans men­se­kre­­sikan enzim proteolitik yang mengakibatkan kerusakan ikatan-ikatan protein sel pejamu sehingga memudahkan proses invasi.
Sumber :http://www.google.co.id/imglanding?q=gejala+kandidiasis.jpg
Selain itu, Candida albicans juga me­ngeluarkan mikotoksin diantaranya glio­toksin yang mampu menghambat ak­tivi­tas fagositosis dan menekan sistem imun lokal. Terbentuknya kolonisasi Can­di­da albicans memudahkan proses invasi ter­sebut berlangsung sehingga menimbul­kan gejala pada Dpejamu.
D. Pengobatan


Sumber :http://www.google.co.id/imglanding?q=gejala+kandidiasis.jpg
Bila timbul kandidiasis pada vagina, bisa diberikan anti-jamur lokal atau flukonazol peroral. Candidiasis yang sudah menyebar ke seluruh vagina, biasanya berat, progresif dan berakibat fatal, dan diberikan amfoterisin B intravena (melalui pembuluh darah) meskipun flukonazol efektif untuk beberapa penderita.
Dalam dunia klinis, kandidiasis umumnya diobati dengan jenis antimycotics (obat anti jamur) misalnya: clotrimazole topikal, nistatin topikal, flukonazol, dan ketokonazol topikal.
Sebagai contoh, dosis satu kali flukonazol (sebagai Diflucan 150 mg tablet diambil secara oral) telah dilaporkan 90% efektif dalam mengobati infeksi jamur vagina. Perawatan/pengobatan harus melihat kemungkinan terjadinya reaksi alergi terhadap kelompok obat-obatan azole. Obat ini memiliki tingkat reaksi contraditory yang berbeda dengan obat-obatan lainnya. Dosis ini hanya efektif untuk infeksi ragi vagina, dan jenis infeksi ragi lainnya  mungkin memerlukan perawatan yang berbeda pula. Pada infeksi berat (umumnya pada pasien rawat inap), amfoterisin B, caspofungin, atau vorikonazol dapat digunakan.
Perawatan lokal mungkin termasuk suppository vagina (sejenis obat kapsul yang dimasukkan ke vagina) dan douches (penyiraman bagian dalam vagina). Obat Gentian violet dapat digunakan untuk daerah payudara (bagi ibu yang menyusui), tetapi bila digunakan dalam jumlah besar dapat menyebabkan ulceration pada mulut dan tenggorokan bayi. Memperlakukan candidiasis hanya dengan obat-obatan belum tentu memberikan hasil yang diinginkan, dan diperlukan penelitian untuk kemungkinan lainnya sebagai penyebab infeksi parah/berulang/tak kunjung sembuh. Candidiasis pada mulut dapat menjadi tanda kondisi yang lebih serius, seperti infeksi HIV atau penyakit Immunodeficiency lainnya. Menjaga kesehatan Vulvovaginal dapat membantu mencegah candidiasis vaginal.
Jamur Candida albicans dapat mengembangkan resistensi (perlawanan) terhadap jenis obat antimycotic, seperti fluconazole (salah satu obat yang sering digunakan untuk mengobati candidiasis). Infeksi berulang mungkin dapat diobati denggan penggunaan obat anti-fungal, tetapi resitensi terhadap agen (obat) alternatif ini juga dapat terjadi.
  1. E. Kandidiasis Vaginalis
Candidiasis Vaginalis adalah infeksi jamur candida albcans pada alat genetalia wanita (vagina), dengan gejala keluarnya cairan kuning kehijauan, terasa gatal, bau dan nyeri pada waktu berhubungan seksual. Candidiasis Vaginalis merupakan penyakit yang bersifat kompleks, artinya penyebab dan yang mendorong terjadinya penyakit ini tidak satu faktor tetapi lebih dari satu faktor. Berdasarkan hasil riset di RSUP dr Kariadi selama periode Januari sampai dengan November 2000 ditemukan 40 penderita Candidiasis Vaginalis yang bertempat tinggal di kota Semarang. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui faktor-faktor resiko penyakit Candidiasis Vaginalis pada penderita yang bertempat tinggal di Semarang dan berobat di RSUP dr Kariadi.
Penelitian ini merupakan penelitian observational, dengan disain kasus kontrol. Kasus adalah penderita Caandidiasis Vaginalis, sedangkan kontrol adalah penderita penyakit menular seksual selain Candidiasis Vaginalis. Besar sampel adalah total populasi kasus yang berjumlah 40 penderita. Pemilihan kontrol denga matching kota asal kasus waktu dan tempat berobat, jumlah kontrol sama dengan jumlah kasus. Analisis data di lakukan dengan uji statistik X2, stratifikasi dan perhitungan besar resiko (odds ratio).
Hasil analisis bivariat menunjukan variabel yang berpengaruh terhadap kejadian Candidiasi Vaginalis adalah pemakaian alat kontrasepsi, keketatan celana, jenis bahan dari celana dalam dan higiene alat genitalia, sedangkan pemakaian anti biotika tidak berpengaruh terhadap kejadian penyakit Candidiasis Vaginalis. Pemakaian alat kontrasepsi, keketatan celana, jenis bahan dari celana dalam dan higien alat genitalia merupakan faktor resiko penyakit Candidiasis Vaginalis.
Untuk itu di sarankan meningkatkan higien alat genitalia dengan selalu membersihkan alat genitalia secara teratur, tidak menggunakan anti septik/deodoran vagina, ganti celana dalam, pembalut wanita secara teratur, cebok dari arah depan ke belakang dan mencuci dengan sabun setelah buang air besar. Penggunaan celana dalam yang dapat menyerap keringat dan penggunaan celana yang lebih longgar.
2. Kanker Serviks
A. Definisi Kanker Serviks
Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Kanker serviks merupakan kanker yang sering dijumpai di Indonesia baik di antara kanker pada perempuan dan pada semua jenis kanker.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker serviks. Jadi, jangan lagi memandang ancaman penyakit ini dengan sebelah mata.
Kejadiannya hampir 27% di antara penyakit kanker di Indonesia. Namun demikian lebih dari 70% penderita datang memeriksakan diri dalam stadium lanjut, sehingga banyak menyebabkan kematian karena terlambat ditemukan dan diobati.
Leher rahim adalah bagian bawah rahim yang menonjol ke dalam kelamin wanita. Di tempat ini sering terjadi kanker yang disebut kanker serviks.
B. Penyebab Kanker serviks
Kanker serviks disebabkan oleh virus HPV (Human Papilloma Virus). Virus ini memiliki lebih dari 100 tipe, di mana sebagian besar di antaranya tidak berbahaya dan akan lenyap dengan sendirinya. Jenis virus HPV yang menyebabkan kanker serviks dan paling fatal akibatnya adalah virus HPV tipe 16 dan 18. Namun, selain disebabkan oleh virus HPV, sel-sel abnormal pada leher rahim juga bisa tumbuh akibat paparan radiasi atau pencemaran bahan kimia yang terjadi dalam jangka waktu cukup lama.
Lebih dari 95% kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV (Human Papiloma Virus) yang dapat ditularkan melalui aktivitas seksual. Saat ini sudah terdapat vaksin untuk mencegah infeksi HPV khususnya tipe 16 dan tipe 18 yang diperkirakan menjadi penyebab 70% kasus kanker serviks di Asia.
C. Gejala Kanker Serviks
Kanker serviks pada stadium dini sering tidak menunjukkan gejala atau tanda-tandanya yang khas, bahkan tidak ada gejala sama sekali. Gejala yang sering timbul pada stadium lanjut antara lain adalah:
  1. Pendarahan sesudah melakukan hubungan intim.
sumber: http://64.203.71.11/kesehatan/news/0403/17/065452.htm

  1. Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita.
  2. Pendarahan sesudah mati haid (menopause).
  3. Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau atau bercampur darah, nyeri panggul atau tidak dapat buang air kecil.
Beberapa faktor risiko terkena kanker serviks antara lain:
  1. Mulai melakukan hubungan seksual pada usia muda.
  2. Sering berganti-ganti pasangan seksual.
  3. Sering menderita infeksi di daerah kelamin.
  4. Melahirkan banyak anak.
  5. Kebiasaan merokok (risiko dua kali lebih besar).
  6. Defisiensi vitamin A, C, E.
D. Pengobatan Kanker Serviks
Seperti pada kejadian penyakit yang lain, jika perubahan awal dapat dideteksi seawal mungkin, tindakan pengobatan dapat diberikan sedini mungkin. Jika perubahan awal telah diketahui pengobatan yang umum diberikan adalah dengan:
Sumber http://www.google.co.id/imglanding?q=pengobatan+kanker+serviks.jpg
  1. Pemanasan, diathermy atau dengan sinar laser.
  2. Cone biopsi, yaitu dengan cara mengambil sedikit dari sel-sel leher rahim, termasuk sel yang mengalami perubahan. Tindakan ini memungkinkan pemeriksaan yang lebih teliti untuk memastikan adanya sel-sel yang mengalami perubahan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh ahli kandungan.
Jika perjalanan penyakit telah sampai pada tahap pre-kanker, dan kanker leher rahim telah dapat diidentifikasi, maka untuk penyembuhan, beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:
  1. Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya uterus beserta leher rahimnya.
  2. Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
  1. 3. Peran Penelitian Dalam Sebuah Hubungan Kandidiasis dengan Kanker Serviks
Penelitian merupakan  rencana tentang bagaimana cara mengumpulkan, menyajikan, dan menganalisis data untuk memberi arti terhadap data tersebut secara efisien dan efektif. Penelitian meliputi tahapan penentuan alat (instrumen) pengambil data yang akan digunakan, cara pengumpulan, pengaturan dan analisis data yang akan digunakan serta pemberian kesimpulan atas hasil analisis yang telah dilakukan. Pada umumnya penentuan penelitian dilakukan jika rumusan masalah, tujuan penelitian, dan hipotesis (jika ada) telah ditentukan. Dalam arti sempit,  penelitian hanya menyangkut tahapan pelaksanaan atau operasionalisasi proses penelitian.
Dalam peran penelitian hubungan kandidiasis dengan kanker serviks penelitian yang digunakan tiga jenis penelitian yaitu, penelitian observasional, penelitian deskriptif, dan penelitian eksperimental.
Jenis penelitian observasional yaitu jenis penelitian dengan menggunakan pendekatan fenomenologis. Penelitian observasional adalah suatu pendekatan untuk menyusun pengetahuan yang menggunakan metode riset dengan menekankan subjektifitas  dan  arti  pengalaman  bagi  individu  (Brockopp,  2000). Tujuan dari penelitian observational ini adalah  untuk  menggali  atau  mengeksplorasi, menggambarkan  pengetahuan  bagaimana  kenyataan  yang  dialami oleh objek penelitian. Pendekatan  fenomenologis  didasari  atas  filsafat  fenomena,  yang  bertujuan untuk  mengerti  respon  manusia  secara  utuh  pada  suatu  situasi.  Metode observasional  paling  sesuai  untuk  menguraikan  suatu  pengalaman  yang dipersepsikan  secara  terperinci  dengan  jumlah  sampel  kecil  (Patton  dalam Moleong, 2000). Sehingga pendekatan ini digunakan dalam penelitian ini untuk menggali dan memahami kondisi klien kandidiasis  dilihat dari sudut pandang klien itu sendiri. Subjek  penelitian  dalam  penelitian  kualitatif  disebut  informan.
Jenis penelitian deskriptif  adalah  penelitian dengan mengguankan survey. Penelitian ini dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya.
Pelaksanaan metode penelitian deskriptif tidak terbatas sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputu analisis dan interpretasi tentang data tersebut, selain itu semua yang dikumpulkan memungkinkan menjadi kunci terhadap apa yang di teliti.
Berdasarkan hasil penelitian deskriptif yang telah di lakukan pada siswi Sekolah Menengah Umum (SMU) Muhammadiyah Metro Sai Wawai pada bulan Mei 2008 dengan melakukan wawancara terhadap 20 siswi SMU Muhammadiyah 1 Metro terdapat 15 siswi yang mengalami keputihan, setelah ditanyakan tentang personal hygiene 5 orang (33,33%) selalu menjagapersonal hygiene dan 10 orang (66,67%) tidak. Keputihan sering dikaitkan dengan kadar keasaman daerah sekitar vagina, karena keputihan dapat terjadi karena PH vagina tidak seimbang.
Jenis penelitian eksperimental dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol fenomena. Penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat (cause and effect relationship), dengan cara mengekspos satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen. Hasilnya dibandingkan dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan (Danis, 2OO3).
Berdasarkan hasil penelitian analitik eksperimental yang telah di lakukan pada Fakultas kedokteran di salah satu Universitas Diponegoro, yaitu mengambil sampel 10 penderita kandidiasis vaginalis yang memenuhi kriteria klinis. Bahan pemeriksaan berupa duh tubuh vagina ( swab vagina ) yang diambil secara aseptik menggunakan lidi kapas steril dan diambil pada bagian lateral vagina lalu dioleskan pada gelas objek steril  untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopis dengan pengecatan Gram. Dinyatakan positif (+) bila ditemukan blastospora atau pseudohifa dengan perbesaran 1000 x. Swab vagina yang dinyatakan (+) dibiakkan pada media Sabouraud Dextrosa Agar + kloramfenikol 50 μg/ml pada suhu 370 C selama 1 – 2 hari di Laboratorium Mikrobiologi FK UNDIP. Bila tumbuh koloni yeast pada media Sabouraud Dextrosa Agar dinyatakan biakan (+). Biakan yang (+) kemudian dilakukan uji germ tube, jika (+) maka dinyatakan biakan  Candida albicans (+), dan bila tidak tumbuh koloni yeast pada media Sabouraud Dextrosa Agar maka dinyatakan biakan Candida albicans (-). Setelah itu hasil biakan Candida albicans (+) dilarutkan dengan NaCl 0,9 % dan disesuaikan kekeruhannya dengan standard Mc Farland 0,5 kemudian diambil 0,1 cc dan ditanamkan pada masing-masing media Sabouraud Dextrosa Agar yang mengandung kunyit ( Curcuma longa Linn ) 100 % dan media yang mengandung ketokonazol 2 %. Dari satu sampel biakan (+) Candida albicans dibiakkan tiga kali. Jadi digunakan 30 biakan (+) Candida albicans. Kemudian media dimasukkan ke inkubator pada suhu 370 C selama 2 hari dan dilihat pertumbuhannya pada hari kedua. Bila tumbuh koloni yeast pada media tersebut maka dinyatakan biakan Candida albicans (+), dan bila tidak tumbuh koloni yeast pada media tersebut maka dinyatakan biakan Candida albicans (-).
Menurut Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007, penderita kanker serviks sebanyak 675 kasus. Setelah disaring berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, didapatkan 540 data yang menjadi subjek penelitian. Sedangkan berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang dapat dikethaui bahwa jumlah penderita infeksi saluran reproduksi (ISR) di Semarang pada tahun 2005 sebanyak 24 penderita servisitis, 44 penderita bacterial vaginosis, 26 penderita candidiasis. namun pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebanyak 4375 penderita servisitis, 249 penderita bacterial vaginosis, 63 penderita candidiasis, 81 penderita trichomonas vaginalis, sedangkan pada tahun 2007 mengalami penurunan kecuali penderita bacterial vaginosis yang mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2006 antara lain 712 penderita servisitis, 411 penderita bacterial vaginosis, 10 penderita candidiasis, dan 2 penderita trichomonas vaginalis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku remaja putri mengenai kebersihan organ reproduksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kasus penderita kanker serviks pada Departemen Patologi Anatomi RSCM tahun 2007 adalah 540 kasus dengan usia termuda 22 tahun dan usia tertua 92 tahun. Rata-rata usia adalah 48,46 tahun dengan simpang baku sebesar 9,237. Sedangkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kasus penderita kandidiasis pengetahuan sebagaian besar subjek penelitian baik dalam hal pengertian dan cara membersihkan organ reproduksi, sebagian besar subjek penelitian menunjukkan sikap positif terhadap kebersihan organ reproduksi, sebagian besar subjek penelitian menyatakan bahwa ibu berpengaruh terhadap perilaku kebersihan organ reproduksi, semua subjek penelitian berniat untuk menjaga kebersihan organ reproduksi, dan sebagian besar subjek penelitian telah menjaga kebersihan organ reproduksi, saran bagi Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk meningkatkan pembinaan KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja terutama mengenai kebersihan organ reproduksi.
Dalam meneliti Sebuah Hubungan Kandidiasis dengan Kanker Serviks ini kami menggunakan jenis metode penelitian observasional, yang dimana metode penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis. Penelitian observasional adalah suatu pendekatan untuk menyusun pengetahuan yang menggunakan metode riset dengan menekankan subjektifitas  dan  arti  pengalaman  bagi  individu  (Brockopp,  2000). Tujuan dari penelitian observational ini adalah  untuk  menggali  atau  mengeksplorasi, menggambarkan  pengetahuan  bagaimana  kenyataan  yang  dialami oleh objek penelitian. Pendekatan  fenomenologis  didasari  atas  filsafat  fenomena,  yang  bertujuan untuk  mengerti  respon  manusia  secara  utuh  pada  suatu  situasi.  Metode observasional  paling  sesuai  untuk  menguraikan  suatu  pengalaman  yang dipersepsikan  secara  terperinci  dengan  jumlah  sampel  kecil  (Patton  dalam Moleong, 2000). Sehingga pendekatan ini digunakan dalam penelitian ini untuk menggali dan memahami kondisi klien kandidiasis  dilihat dari sudut pandang klien itu sendiri. Subjek  penelitian  dalam  penelitian  observasional  disebut  informan.
Berdasarkan data dan hasil penelitian yang didapat bahwa salah satu faktor dari kanker serviks adalah kandidiasis. Kandidiasis merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh jenis mikroorganisme yaitu jamur Candida, terutama Candida albicans. Adapun ciri-ciri dari gejala kandidiasis yaitu keluarnya cairan kuning kehijauan, terasa gatal, bau dan nyeri pada waktu berhubungan seksual. Candidiasis Vaginalis merupakan penyakit yang bersifat kompleks, artinya penyebab dan yang mendorong terjadinya penyakit ini tidak satu faktor tetapi lebih dari satu faktor. Apabila kita tidak bisa menjaga higienitas pada organ vaginalis maka tidak menutup kemungkinan kita akan terinfeksi kandidiasis yang kronis. Jika seorang wanita yang sering berganti-ganti pasangan dan melakukan sexs bebas. Maka wanita tersebut mungkin saja dapat terinfeksi penyakit kanker serviks. Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Salah satu penyebab  Kanker serviks yaitu virus HPV (Human Papilloma Virus). Jadi dapat disumpulkan bahwa kandidiasis merupakan salah satu bentuk infeksi saluran genital akibat jamur Candida albicans, dan dimungkinkan infeksi kandidiasis tersebut juga merupakan salah satu faktor resiko dari kanker serviks. Terinfeksi Candida albicans mengindikasikan sistem imun di dalam tubuh melemah, yang akan menyebabkan pertumbuhan dari bakteri dan sel kanker meningkat (Anonymous, 2010).
  1. 4. Kajian Religius
Sebagaimana hadis-hadis Nabi SAW antara lain:
“Berobatlah, karena Allah tidak membuat penyakit kecuali membuat pula obatnya selain satu penyakit, yaitu pikun” (HR. Abu Daud dari Usamah bin Syarik).
“Allah telah menurunkan penyakit dan obat, serta menjadikan obat bagi setiap penyakit; maka, berobatlah dan janaganlah berobat dengan benda yang haram “
(HR. Abu Daud dari Abu Darda ).
“Allah tidak menurunkan suatu penyakit kecuali menurunkan (pula) obatnya. ”
(HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah).
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Anbiyaa’ 83:
“ dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia merayu Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang diantara semua penyayang.”
Sebagaimana firman Allah dalam surat Ar Ra’d 8:
“Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi- Nya ada ukurannya.”

SUMBER : PONDOK ILMU

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Seluk-Beluk Kanker Serviks. http://kesehatan.myhendra.web.id/ 2010/09/seluk-beluk-kanker-serviks.html. Diakses 15 Desember 2010.
Anonymous. 2007. Kandidiasis (Thrush). http://www.odhaindonesia.org/ content/ kandidiasis-thrush. Diakses Tanggal 15 Desember 2010.
indonesia. com/726.html. Diakses Tanggal 15 Desember 2010.
Braam, Wiebe. 1980. 100 Pertanyaan Mengenai Kanker. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.
Brockopp & Hastings-Tolsma. 1999. Dasar-Dasar Riset Keperawatan. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC.
Danis, S. 2003. Riset Keperawatan, Sejarah dan Metodologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda
Sianturi. 1996. Keputihan Suatu Kenyataan Dibalik Suatu Kemelut. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sianturi. 1995. Prakanker Serviks dalam Kamar Praktek. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar