1. Kanndidiasis
A. Definisi Kandidiasis
Kandidiasis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh jenis mikroorganisme yaitu jamur Candida, terutama Candida albicans.
Infeksi selaput lendir seperti yang terjadi pada mulut atau vagina,
sering terjadi pada seseorang yang memiliki sistem kekebalan normal,
tetapi infeksi ini lebih sering ditemukan atau merupakan infeksi yang
menetap pada penderita diabetes atau AIDS dan pada wanita hamil.
Orang-orang dengan gangguan sistem kekebalan menurun sering menderita
kandidiasis yang menyebar ke seluruh tubuhnya. Sedangkan orang-orang
yang beresiko menderita kandidiemi (infeksi Candida di dalam aliran
darah) adalah orang-orang yang memiliki jumlah sel darah putih yang
kurang (karena leukemi atau terapi kanker lainnya) dan orang-orang yang
menjalani pemasangan kateter di pembuluh darahnya. Infeksi pada vagina
yang disebabkan oleh Candida sp. Sekitar 85-90% sel ragi yang diisolasi dari vagina merupakan spesies Candida albicans. Sisanya adalah spesies non-albicans, dan yang terbanyak adalah Candida glabrata (Torulopsis glabrata). Vaginitis yang disebabkan oleh spesies non-albicans biasanya resisten terhadap terapi konvensional.
Candida albicans adalah
jamur sel tunggal, berbentuk bulat sampai oval. Jumlahnya sekitar 80
spesies dan 17 diantaranya ditemukan pada manusia. Dari semua spesies
yang ditemukan pada manusia, Candida.albicans lah yang paling pathogen. Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk blastospora (budding cell).
Blastospora akan saling bersambung dan bertambah panjang sehingga
membentuk pseudohifa. Bentuk pseudohifa lebih virulen dan invasif
daripada spora. Hal itu dikarenakan pseudohifa berukuran lebih besar
sehingga lebih sulit difagositosis oleh makrofag. Selain itu, pseudohifa
mempunyai titik-titik blastokonidia multipel pada satu filamennya
sehingga jumlah elemen infeksius yang ada lebih besar.
Candidiasis dapat dibagi ke dalam jenis berikut ini:
- Oral candidiasis.
- Perlèche, luka dan radang pada tepi kanan/kiri mulut luar, penyebab candida albicans.
- Candidal vulvovaginitis, infeksi membran mucous vagina.
- Candidal intertrigo, infeksi pada kulit.
- Diaper candidiasis, infeksi pada daerah yang ditutupi diaper (popok) bayi.
- Congenital cutaneous candidiasis, infeksi pada kulit bayi lahir prematur.
- Perianal candidiasis, infeksi pada kulit muara anus.
- Candidal paronychia, infeksi pada lipatan kuku.
- Erosio interdigitalis blastomycetica, infeksi pada kulit jari.
10. Chronic mucocuntaneous candidiasis, infeksi kronis pada kuku dan mukosa kulit.
11. Candidiasis sistemik, infeksi yang menyebar dan menyebabkan keracunan darah khususnya pada imun rendah.
12. Candidid, peradangan pada kulit tangan akibat jamur dari kaki (seperti dermatophytids).
13. Antibiotik candidiasis, dapat
terjadi karena kelebihan pemakaian atau pe-resep-an berbagai antibiotik
(seperti oxytetracycline yang umumnya digunakan untuk mengontrol acne).
Efek dari antibiotik adalah mengurangi flora bakteri yang umum terdapat
dalam sistem gastrointestinal, sehingga menimbulkan lingkungan yang
kondusif untuk perkembangbiakan Candida yang ada karena tidak adanya
kompetisi utama. Situasi ini dapat tetap stabil sampai pasien berhenti
mengkonsumsi antibiotik. Efek antibiotik yang diharapkan terjadi pada
satu wilayah tubuh, akan berefek negatif pada wilayah lain jika
pemakaiannya berlebihan, contohnya di wilayah genital/kemaluan. Bakteri
flora yang normal terdapat pada wilayah kemaluan dan tidak berbahaya
bagi tubuh akan banyak yang terbunuh oleh antibiotik ini. Gejalanya,
akan muncul kemerahan dan rasa gatal (jamuran pada genital wanita dan
rasa gatal pada genital pria) yang dapat berlangsung selama periode
pemakaian antibiotik. Ruam dapat diobati atau dikontrol oleh obat
antifungal yang cocok, tetapi infeksi kemungkinan baru dapat terhapus
bila keseimbangan jumlah bakteri/ fungal asli telah dikembalikan seperti
semula (dengan berhenti menggunakan antibiotik).
B. Penyebab Candidiasis
Sumber :http://64.203.71.11/kesehatan/news/0403/17/065452.htm
|
Penyebab terjadinya candidiasis
bermacam-macam, dapat disebabkan oleh adanya infeksi (oleh kuman, jamur,
parasit, virus), adanya benda asing dalam liang senggama, gangguan
hormonal akibat mati haid, kelainan di dapat atau bawaan dari alat
kelamin wanita, adanya kanker atau keganasan pada alat kelamin, terutama
di leher rahim.
Jamur Candida albicans merupakan
salah satu penyebab dari candidiasis. Jamur ini secara normal hidup di
dalam kulit atau usus. Dari sini jamur bisa menyebar ke alat kelamin. Candida biasanya tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
Jamur Candida albicans dapat
menginfeksi selaput lendir seperti yang terjadi pada mulut atau vagina,
sering terjadi pada seseorang yang memiliki sistem kekebalan normal,
tetapi infeksi ini lebih sering ditemukan atau merupakan infeksi yang
menetap pada penderita diabetes atau AIDS dan pada wanita hamil.
B. Gejala Kandidiasis
Gejala candidiasis mungkin bervariasi
tergantung pada daerah yang terkena/terpapar. Infeksi pada vagina atau
vulva dapat menyebabkan rasa gatal yang parah, rasa terbakar, rasa
sakit, dan iritasi, dan menimbulkan bercak keputih-putihan atau abu-abu
keputih-putihan pada kulit/dinding vagina, sering dengan tampilan
seperti curd/keju. Gejala juga hadir seperti yang ditimbulkan oleh
bacterial vaginosis. Dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal
of Obstetrics and Gynecology (2002), hanya 33 persen perempuan yang
benar-benar mengobati infeksi ragi, sedangkan sisanya hanya fokus
mengobati bacterial vaginosis (Trichomonas vaginalis) atau infeksi
campuran. Gejala infeksi pada laki-laki yaitu iritasi dengan kemaluan
berwarna merah di dekat kepala penis atau pada kulup, gatal, atau
sensasi rasa terbakar. Candidiasis pada penis dapat juga memiliki
menimbulkan warna putih, meskipun jarang.
C. Patofisiologi Kandidiasis
Proses infeksi dimulai dengan perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina. Kemampuan melekat ini lebih baik pada Candida albicans daripada spesies Candida lainnya. Kemudian, Candida albicans
mensekresikan enzim proteolitik yang mengakibatkan kerusakan
ikatan-ikatan protein sel pejamu sehingga memudahkan proses invasi.
Sumber :http://www.google.co.id/imglanding?q=gejala+kandidiasis.jpg
|
Selain itu, Candida albicans
juga mengeluarkan mikotoksin diantaranya gliotoksin yang mampu
menghambat aktivitas fagositosis dan menekan sistem imun lokal.
Terbentuknya kolonisasi Candida albicans memudahkan proses invasi tersebut berlangsung sehingga menimbulkan gejala pada Dpejamu.
D. Pengobatan
Sumber :http://www.google.co.id/imglanding?q=gejala+kandidiasis.jpg
|
Bila timbul kandidiasis pada vagina, bisa
diberikan anti-jamur lokal atau flukonazol peroral. Candidiasis yang
sudah menyebar ke seluruh vagina, biasanya berat, progresif dan
berakibat fatal, dan diberikan amfoterisin B intravena (melalui pembuluh
darah) meskipun flukonazol efektif untuk beberapa penderita.
Dalam dunia klinis, kandidiasis umumnya
diobati dengan jenis antimycotics (obat anti jamur) misalnya:
clotrimazole topikal, nistatin topikal, flukonazol, dan ketokonazol
topikal.
Sebagai contoh, dosis satu kali
flukonazol (sebagai Diflucan 150 mg tablet diambil secara oral) telah
dilaporkan 90% efektif dalam mengobati infeksi jamur vagina.
Perawatan/pengobatan harus melihat kemungkinan terjadinya reaksi alergi
terhadap kelompok obat-obatan azole. Obat ini memiliki tingkat reaksi
contraditory yang berbeda dengan obat-obatan lainnya. Dosis ini hanya
efektif untuk infeksi ragi vagina, dan jenis infeksi ragi lainnya
mungkin memerlukan perawatan yang berbeda pula. Pada infeksi berat
(umumnya pada pasien rawat inap), amfoterisin B, caspofungin, atau
vorikonazol dapat digunakan.
Perawatan lokal mungkin termasuk
suppository vagina (sejenis obat kapsul yang dimasukkan ke vagina) dan
douches (penyiraman bagian dalam vagina). Obat Gentian violet dapat
digunakan untuk daerah payudara (bagi ibu yang menyusui), tetapi bila
digunakan dalam jumlah besar dapat menyebabkan ulceration pada mulut dan
tenggorokan bayi. Memperlakukan candidiasis hanya dengan obat-obatan
belum tentu memberikan hasil yang diinginkan, dan diperlukan penelitian
untuk kemungkinan lainnya sebagai penyebab infeksi parah/berulang/tak
kunjung sembuh. Candidiasis pada mulut dapat menjadi tanda kondisi yang
lebih serius, seperti infeksi HIV atau penyakit Immunodeficiency
lainnya. Menjaga kesehatan Vulvovaginal dapat membantu mencegah
candidiasis vaginal.
Jamur Candida albicans dapat
mengembangkan resistensi (perlawanan) terhadap jenis obat antimycotic,
seperti fluconazole (salah satu obat yang sering digunakan untuk
mengobati candidiasis). Infeksi berulang mungkin dapat diobati denggan
penggunaan obat anti-fungal, tetapi resitensi terhadap agen (obat)
alternatif ini juga dapat terjadi.
- E. Kandidiasis Vaginalis
Candidiasis Vaginalis adalah infeksi
jamur candida albcans pada alat genetalia wanita (vagina), dengan gejala
keluarnya cairan kuning kehijauan, terasa gatal, bau dan nyeri pada
waktu berhubungan seksual. Candidiasis Vaginalis merupakan penyakit yang
bersifat kompleks, artinya penyebab dan yang mendorong terjadinya
penyakit ini tidak satu faktor tetapi lebih dari satu faktor.
Berdasarkan hasil riset di RSUP dr Kariadi selama periode Januari sampai
dengan November 2000 ditemukan 40 penderita Candidiasis Vaginalis yang
bertempat tinggal di kota Semarang. Tujuan dari penelitian ini yaitu
mengetahui faktor-faktor resiko penyakit Candidiasis Vaginalis pada
penderita yang bertempat tinggal di Semarang dan berobat di RSUP dr
Kariadi.
Penelitian ini merupakan penelitian
observational, dengan disain kasus kontrol. Kasus adalah penderita
Caandidiasis Vaginalis, sedangkan kontrol adalah penderita penyakit
menular seksual selain Candidiasis Vaginalis. Besar sampel adalah total
populasi kasus yang berjumlah 40 penderita. Pemilihan kontrol denga
matching kota asal kasus waktu dan tempat berobat, jumlah kontrol sama
dengan jumlah kasus. Analisis data di lakukan dengan uji statistik X2,
stratifikasi dan perhitungan besar resiko (odds ratio).
Hasil analisis bivariat menunjukan
variabel yang berpengaruh terhadap kejadian Candidiasi Vaginalis adalah
pemakaian alat kontrasepsi, keketatan celana, jenis bahan dari celana
dalam dan higiene alat genitalia, sedangkan pemakaian anti biotika tidak
berpengaruh terhadap kejadian penyakit Candidiasis Vaginalis.
Pemakaian alat kontrasepsi, keketatan celana, jenis bahan dari celana
dalam dan higien alat genitalia merupakan faktor resiko penyakit Candidiasis Vaginalis.
Untuk itu di sarankan meningkatkan higien
alat genitalia dengan selalu membersihkan alat genitalia secara
teratur, tidak menggunakan anti septik/deodoran vagina, ganti celana
dalam, pembalut wanita secara teratur, cebok dari arah depan ke belakang
dan mencuci dengan sabun setelah buang air besar. Penggunaan celana
dalam yang dapat menyerap keringat dan penggunaan celana yang lebih
longgar.
2. Kanker Serviks
A. Definisi Kanker Serviks
Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak
normal pada leher rahim. Kanker serviks merupakan kanker yang sering
dijumpai di Indonesia baik di antara kanker pada perempuan dan pada
semua jenis kanker.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks
merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua
menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker serviks. Jadi, jangan
lagi memandang ancaman penyakit ini dengan sebelah mata.
Kejadiannya hampir 27% di antara penyakit kanker di Indonesia. Namun
demikian lebih dari 70% penderita datang memeriksakan diri dalam stadium
lanjut, sehingga banyak menyebabkan kematian karena terlambat ditemukan
dan diobati.
Leher rahim adalah bagian bawah rahim yang menonjol ke dalam kelamin
wanita. Di tempat ini sering terjadi kanker yang disebut kanker serviks.
B. Penyebab Kanker serviks
Kanker serviks disebabkan oleh virus HPV (Human Papilloma Virus).
Virus ini memiliki lebih dari 100 tipe, di mana sebagian besar di
antaranya tidak berbahaya dan akan lenyap dengan sendirinya. Jenis virus
HPV yang menyebabkan kanker serviks dan paling fatal akibatnya adalah
virus HPV tipe 16 dan 18. Namun, selain disebabkan oleh virus HPV,
sel-sel abnormal pada leher rahim juga bisa tumbuh akibat paparan
radiasi atau pencemaran bahan kimia yang terjadi dalam jangka waktu
cukup lama.
Lebih dari 95% kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV
(Human Papiloma Virus) yang dapat ditularkan melalui aktivitas seksual.
Saat ini sudah terdapat vaksin untuk mencegah infeksi HPV khususnya tipe
16 dan tipe 18 yang diperkirakan menjadi penyebab 70% kasus kanker
serviks di Asia.
C. Gejala Kanker Serviks
Kanker serviks pada stadium dini sering tidak menunjukkan gejala atau
tanda-tandanya yang khas, bahkan tidak ada gejala sama sekali. Gejala
yang sering timbul pada stadium lanjut antara lain adalah:
- Pendarahan sesudah melakukan hubungan intim.
sumber: http://64.203.71.11/kesehatan/news/0403/17/065452.htm
|
- Keluar keputihan atau cairan encer dari kelamin wanita.
- Pendarahan sesudah mati haid (menopause).
- Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau atau bercampur darah, nyeri panggul atau tidak dapat buang air kecil.
Beberapa faktor risiko terkena kanker serviks antara lain:
- Mulai melakukan hubungan seksual pada usia muda.
- Sering berganti-ganti pasangan seksual.
- Sering menderita infeksi di daerah kelamin.
- Melahirkan banyak anak.
- Kebiasaan merokok (risiko dua kali lebih besar).
- Defisiensi vitamin A, C, E.
D. Pengobatan Kanker Serviks
Seperti pada kejadian penyakit yang lain, jika perubahan awal dapat
dideteksi seawal mungkin, tindakan pengobatan dapat diberikan sedini
mungkin. Jika perubahan awal telah diketahui pengobatan yang umum
diberikan adalah dengan:
Sumber http://www.google.co.id/imglanding?q=pengobatan+kanker+serviks.jpg
|
- Pemanasan, diathermy atau dengan sinar laser.
- Cone biopsi, yaitu dengan cara mengambil sedikit dari sel-sel leher rahim, termasuk sel yang mengalami perubahan. Tindakan ini memungkinkan pemeriksaan yang lebih teliti untuk memastikan adanya sel-sel yang mengalami perubahan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh ahli kandungan.
Jika perjalanan penyakit telah sampai pada tahap pre-kanker, dan
kanker leher rahim telah dapat diidentifikasi, maka untuk penyembuhan,
beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:
- Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya uterus beserta leher rahimnya.
- Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.
- 3. Peran Penelitian Dalam Sebuah Hubungan Kandidiasis dengan Kanker Serviks
Penelitian merupakan rencana tentang bagaimana cara mengumpulkan,
menyajikan, dan menganalisis data untuk memberi arti terhadap data
tersebut secara efisien dan efektif. Penelitian meliputi tahapan
penentuan alat (instrumen) pengambil data yang akan digunakan, cara
pengumpulan, pengaturan dan analisis data yang akan digunakan serta
pemberian kesimpulan atas hasil analisis yang telah dilakukan. Pada
umumnya penentuan penelitian dilakukan jika rumusan masalah, tujuan
penelitian, dan hipotesis (jika ada) telah ditentukan. Dalam arti
sempit, penelitian hanya menyangkut tahapan pelaksanaan atau
operasionalisasi proses penelitian.
Dalam peran penelitian hubungan kandidiasis dengan kanker serviks
penelitian yang digunakan tiga jenis penelitian yaitu, penelitian
observasional, penelitian deskriptif, dan penelitian eksperimental.
Jenis penelitian observasional yaitu jenis penelitian dengan
menggunakan pendekatan fenomenologis. Penelitian observasional adalah
suatu pendekatan untuk menyusun pengetahuan yang menggunakan metode
riset dengan menekankan subjektifitas dan arti pengalaman bagi
individu (Brockopp, 2000). Tujuan dari penelitian observational ini
adalah untuk menggali atau mengeksplorasi, menggambarkan
pengetahuan bagaimana kenyataan yang dialami oleh objek penelitian.
Pendekatan fenomenologis didasari atas filsafat fenomena, yang
bertujuan untuk mengerti respon manusia secara utuh pada suatu
situasi. Metode observasional paling sesuai untuk menguraikan
suatu pengalaman yang dipersepsikan secara terperinci dengan
jumlah sampel kecil (Patton dalam Moleong, 2000). Sehingga
pendekatan ini digunakan dalam penelitian ini untuk menggali dan
memahami kondisi klien kandidiasis dilihat dari sudut pandang klien itu
sendiri. Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif disebut
informan.
Jenis penelitian deskriptif adalah penelitian dengan mengguankan
survey. Penelitian ini dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah
yang diselidiki dengan melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian
pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana
adanya.
Pelaksanaan metode penelitian deskriptif tidak terbatas sampai pada
pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputu analisis dan
interpretasi tentang data tersebut, selain itu semua yang dikumpulkan
memungkinkan menjadi kunci terhadap apa yang di teliti.
Berdasarkan hasil penelitian deskriptif yang telah di lakukan pada
siswi Sekolah Menengah Umum (SMU) Muhammadiyah Metro Sai Wawai pada
bulan Mei 2008 dengan melakukan wawancara terhadap 20 siswi SMU
Muhammadiyah 1 Metro terdapat 15 siswi yang mengalami keputihan, setelah
ditanyakan tentang personal hygiene 5 orang (33,33%) selalu
menjagapersonal hygiene dan 10 orang (66,67%) tidak. Keputihan sering
dikaitkan dengan kadar keasaman daerah sekitar vagina, karena keputihan
dapat terjadi karena PH vagina tidak seimbang.
Jenis penelitian eksperimental dapat diartikan sebagai sebuah studi
yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau
mengontrol fenomena. Penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki
hubungan sebab akibat (cause and effect relationship), dengan cara
mengekspos satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih
kondisi eksperimen. Hasilnya dibandingkan dengan satu atau lebih
kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan (Danis, 2OO3).
Berdasarkan hasil penelitian analitik eksperimental yang telah di
lakukan pada Fakultas kedokteran di salah satu Universitas Diponegoro,
yaitu mengambil sampel 10 penderita kandidiasis vaginalis yang memenuhi
kriteria klinis. Bahan pemeriksaan berupa duh tubuh vagina ( swab vagina
) yang diambil secara aseptik menggunakan lidi kapas steril dan diambil
pada bagian lateral vagina lalu dioleskan pada gelas objek steril
untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopis dengan pengecatan Gram.
Dinyatakan positif (+) bila ditemukan blastospora atau pseudohifa dengan
perbesaran 1000 x. Swab vagina yang dinyatakan (+) dibiakkan pada media
Sabouraud Dextrosa Agar + kloramfenikol 50 μg/ml pada suhu 370 C selama
1 – 2 hari di Laboratorium Mikrobiologi FK UNDIP. Bila tumbuh koloni
yeast pada media Sabouraud Dextrosa Agar dinyatakan biakan (+). Biakan
yang (+) kemudian dilakukan uji germ tube, jika (+) maka dinyatakan
biakan Candida albicans (+), dan bila tidak tumbuh koloni yeast pada
media Sabouraud Dextrosa Agar maka dinyatakan biakan Candida albicans
(-). Setelah itu hasil biakan Candida albicans (+) dilarutkan dengan
NaCl 0,9 % dan disesuaikan kekeruhannya dengan standard Mc Farland 0,5
kemudian diambil 0,1 cc dan ditanamkan pada masing-masing media
Sabouraud Dextrosa Agar yang mengandung kunyit ( Curcuma longa Linn )
100 % dan media yang mengandung ketokonazol 2 %. Dari satu sampel biakan
(+) Candida albicans dibiakkan tiga kali. Jadi digunakan 30 biakan (+)
Candida albicans. Kemudian media dimasukkan ke inkubator pada suhu 370 C
selama 2 hari dan dilihat pertumbuhannya pada hari kedua. Bila tumbuh
koloni yeast pada media tersebut maka dinyatakan biakan Candida albicans
(+), dan bila tidak tumbuh koloni yeast pada media tersebut maka
dinyatakan biakan Candida albicans (-).
Menurut Departemen Patologi Anatomi RSCM pada tahun 2007, penderita
kanker serviks sebanyak 675 kasus. Setelah disaring berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi, didapatkan 540 data yang menjadi subjek
penelitian. Sedangkan berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota
Semarang dapat dikethaui bahwa jumlah penderita infeksi saluran
reproduksi (ISR) di Semarang pada tahun 2005 sebanyak 24 penderita
servisitis, 44 penderita bacterial vaginosis, 26 penderita candidiasis.
namun pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebanyak 4375 penderita
servisitis, 249 penderita bacterial vaginosis, 63 penderita candidiasis,
81 penderita trichomonas vaginalis, sedangkan pada tahun 2007 mengalami
penurunan kecuali penderita bacterial vaginosis yang mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2006 antara lain 712 penderita
servisitis, 411 penderita bacterial vaginosis, 10 penderita candidiasis,
dan 2 penderita trichomonas vaginalis. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis perilaku remaja putri mengenai kebersihan organ reproduksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kasus penderita kanker
serviks pada Departemen Patologi Anatomi RSCM tahun 2007 adalah 540
kasus dengan usia termuda 22 tahun dan usia tertua 92 tahun. Rata-rata
usia adalah 48,46 tahun dengan simpang baku sebesar 9,237. Sedangkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kasus penderita kandidiasis
pengetahuan sebagaian besar subjek penelitian baik dalam hal pengertian
dan cara membersihkan organ reproduksi, sebagian besar subjek penelitian
menunjukkan sikap positif terhadap kebersihan organ reproduksi,
sebagian besar subjek penelitian menyatakan bahwa ibu berpengaruh
terhadap perilaku kebersihan organ reproduksi, semua subjek penelitian
berniat untuk menjaga kebersihan organ reproduksi, dan sebagian besar
subjek penelitian telah menjaga kebersihan organ reproduksi, saran bagi
Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk meningkatkan pembinaan KRR
(Kesehatan Reproduksi Remaja terutama mengenai kebersihan organ
reproduksi.
Dalam meneliti Sebuah Hubungan Kandidiasis dengan Kanker Serviks ini
kami menggunakan jenis metode penelitian observasional, yang dimana
metode penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis. Penelitian
observasional adalah suatu pendekatan untuk menyusun pengetahuan yang
menggunakan metode riset dengan menekankan subjektifitas dan arti
pengalaman bagi individu (Brockopp, 2000). Tujuan dari penelitian
observational ini adalah untuk menggali atau mengeksplorasi,
menggambarkan pengetahuan bagaimana kenyataan yang dialami oleh
objek penelitian. Pendekatan fenomenologis didasari atas filsafat
fenomena, yang bertujuan untuk mengerti respon manusia secara
utuh pada suatu situasi. Metode observasional paling sesuai
untuk menguraikan suatu pengalaman yang dipersepsikan secara
terperinci dengan jumlah sampel kecil (Patton dalam Moleong,
2000). Sehingga pendekatan ini digunakan dalam penelitian ini untuk
menggali dan memahami kondisi klien kandidiasis dilihat dari sudut
pandang klien itu sendiri. Subjek penelitian dalam penelitian
observasional disebut informan.
Berdasarkan data dan hasil penelitian yang didapat bahwa salah satu
faktor dari kanker serviks adalah kandidiasis. Kandidiasis merupakan
suatu infeksi yang disebabkan oleh jenis mikroorganisme yaitu jamur
Candida, terutama Candida albicans. Adapun ciri-ciri dari gejala
kandidiasis yaitu keluarnya cairan kuning kehijauan, terasa gatal, bau
dan nyeri pada waktu berhubungan seksual. Candidiasis Vaginalis
merupakan penyakit yang bersifat kompleks, artinya penyebab dan yang
mendorong terjadinya penyakit ini tidak satu faktor tetapi lebih dari
satu faktor. Apabila kita tidak bisa menjaga higienitas pada organ
vaginalis maka tidak menutup kemungkinan kita akan terinfeksi
kandidiasis yang kronis. Jika seorang wanita yang sering berganti-ganti
pasangan dan melakukan sexs bebas. Maka wanita tersebut mungkin saja
dapat terinfeksi penyakit kanker serviks. Kanker serviks (kanker leher
rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Salah
satu penyebab Kanker serviks yaitu virus HPV (Human Papilloma Virus).
Jadi dapat disumpulkan bahwa kandidiasis merupakan salah satu bentuk
infeksi saluran genital akibat jamur Candida albicans, dan dimungkinkan
infeksi kandidiasis tersebut juga merupakan salah satu faktor resiko
dari kanker serviks. Terinfeksi Candida albicans mengindikasikan sistem
imun di dalam tubuh melemah, yang akan menyebabkan pertumbuhan dari
bakteri dan sel kanker meningkat (Anonymous, 2010).
- 4. Kajian Religius
Sebagaimana hadis-hadis Nabi SAW antara lain:
“Berobatlah, karena Allah tidak membuat penyakit kecuali membuat pula obatnya selain satu penyakit, yaitu pikun” (HR. Abu Daud dari Usamah bin Syarik).
“Allah telah menurunkan penyakit dan obat, serta menjadikan obat bagi setiap penyakit; maka, berobatlah dan janaganlah berobat dengan benda yang haram “
(HR. Abu Daud dari Abu Darda ).
“Allah tidak menurunkan suatu penyakit kecuali menurunkan (pula) obatnya. ”
(HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah).
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Anbiyaa’ 83:
“ dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia merayu Tuhannya: “(Ya
Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau Tuhan Yang
Maha Penyayang diantara semua penyayang.”
Sebagaimana firman Allah dalam surat Ar Ra’d 8:
“Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan
kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala
sesuatu pada sisi- Nya ada ukurannya.”
SUMBER : PONDOK ILMU
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Seluk-Beluk Kanker Serviks. http://kesehatan.myhendra.web.id/ 2010/09/seluk-beluk-kanker-serviks.html. Diakses 15 Desember 2010.
Anonymous. 2007. Kandidiasis (Thrush). http://www.odhaindonesia.org/ content/ kandidiasis-thrush. Diakses Tanggal 15 Desember 2010.
Anonymous. 2009. Mengatasi Kanker Mulut Rahim (Serviks). http://artikel
indonesia. com/726.html. Diakses Tanggal 15 Desember 2010.
Braam, Wiebe. 1980. 100 Pertanyaan Mengenai Kanker. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.
Brockopp & Hastings-Tolsma. 1999. Dasar-Dasar Riset Keperawatan. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC.
Danis, S. 2003. Riset Keperawatan, Sejarah dan Metodologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda
Sianturi. 1996. Keputihan Suatu Kenyataan Dibalik Suatu Kemelut. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sianturi. 1995. Prakanker Serviks dalam Kamar Praktek. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.